Integrasi Sawit-Jagung, Sumut Siapkan 48.000 Hektare

bisnis.com

13 Februari 2017

Oleh: Azizah Nur Alfi

http://industri.bisnis.com/read/20170213/99/628193/javascript

 

Integrasi Sawit-Jagung, Sumut Siapkan 48.000 Hektare

 

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian mencatat terdapat potensi luas 1 juta hektare lahan tanaman perkebunan untuk diintegrasikan dengan tanaman jagung. Langkah ini untuk menggenjot target produksi jagung 3,5 juta ton sepanjang tahun ini. Salah satu daerah yang berpotensi menjadi pengembangan integrasi lahan perkebunan - jagung adalah Sumatera Utara.

Di Sumut tercatat potensi 48.000 hektare lahan perkebunan untuk ditanami jagung dengan pola tumpang sari. Potensi lahan tersebut tersebar di 17 kabupaten.


Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian sekaligus Penanggung Jawab Upaya Khusus Pajale (padi, jagung, dan kedelai) Sumut Ali Jamil menyampaikan hingga pertengahan Februari ini tercapai 9.000 hektare lahan perkebunan yang diintegrasikan dengan tanaman jagung. Lahan tersebut terdiri dari lahan tanaman perkebunan rakyat, swasta, dan negara.


Dari luas lahan perkebunan 9.000 hektar, seluas 200 hektar di antaranya merupakan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II. Penanaman jagung perdana dengan sistem tumpang sari dilakukan bersama Kasad dan Menteri Pertanian di areal sawit PTPN II provinsi Sumatera Utara wilayah Kodam I/BB di Desa Tanjung Jati, Kabupaten Langkat.


Ali mengatakan potensi lahan tersebut masuk dalam kategori Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sehingga perlu diintegrasikan dengan tanaman jagung agar memberi nilai tambah. Dengan masa tanam selama tiga bulan, 1 hektar lahan dapat memproduksi 8 ton jagung. Dengan demikian, potensi 48.000 hektar dapat memproduksi 384.000 ton jagung dalam satu kali masa tanam.



Secara teknis, pola integrasi kelapa sawit - jagung dapat dilakukan saat awal fase pertumbuhan kelapa sawit sampai batas naungan maksimal 70% atau sekitar umur sawit empat tahun. Selain di perkebunan sawit, tanaman jagung dapat diintegrasikan dengan pola tumpang sari di lahan perkebunan karet, kelapa, dan jambu mete. Pola tumpang sari dinilai dapat membantu meningkatkan pendapatan petani karena petani akan mendapat hasil tumpang sari sebelum tanaman pokok menghasilkan.


"Kami mendorong perusahaan swasta dan negara agar mau memanfaatkan lahan TBM untuk membantu program negara, selain menguntungkan perusahaan. Saat ini, kami terus melakukan pembicaraan dengan GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia," imbuhnya.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut telah menyusun target untuk mengejar peningkatan target produksi jagung 1,9 ton sepanjang tahun ini, naik dari 1,6 juta ton sepanjang tahun lalu. Rencana tanam jagung Oktober 2016 - September 2017 ditargetkan 292.729 hektare. Adapun, target panen Januari - Desember pada tahun ini 302.922 hektare. Sementara produktivitas jagung ditargetkan bisa naik menjadi 6,3 ton per hektare. Jika produksi ini tercapai, Sumut akan surplus 888.292 ton jagung.


Peningkatan luas lahan dengan memanfaatkan lahan menggangur milik PTPN. Apalagi Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi menyampaikan banyak lahan kosong di Sumatut yang belum dimanfaatkan untuk tanaman semusim maupun perikanan semusim. Dengan masa tanam hingga panen selama tiga bulan, maka integrasi ini dapat memberi nilai tambah bagi petani.

"Dengan demikian, kami harapkan target Sumut menjadi lumbung pangan terwujud," tuturnya usai penanaman perdana di Desa Tanjung Jati, Kabupaten Langkat.

 

 

Editor : M. Syahran W. Lubis

Bagikan

RELATED POST

Informasi Sawit Nasional dan Internasional (Pasar Global)


Kejutan Astra Agro

Informasi Sawit Nasional dan Internasional (Pasar Global)


Sempat Disetop, Kasus penggelapan Minyak Sawit Siap Disidangkan

Informasi Sawit Nasional dan Internasional (Pasar Global)


Tidak Dihadiri Dirut, Dewan Batalkan Hearing dengan Eampat Perusahaan Sawit

Event

Pengunjung