Industri Kelapa Sawit Dituntut Berinovasi
Kategori : Berita DMSI Posted : Rabu, 17 Januari 2018

Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian, Ir Dedy Junaidi MSc saat bicara dihadapan peserta Seminar Sawit Sustainable Palm Oil Insight. (suaramerdeka.com/ Sugiarto)

suaramerdeka.com

17 Januari 2018

http://www.suaramerdeka.com/news/detail/13076/Industri-Kelapa-Sawit-Dituntut-Berinovasi

 

Industri Kelapa Sawit Dituntut Berinovasi

YOGYAKARTA, suaramerdeka.com -  Menghadapi pasar bebas yang begitu ketat, perusahaan sawit dituntut untuk berinovasi dalam pengelolaan industri dari sektor hulu hingga pengembangan industri hilir serta diversifikasi produk dari limbah kelapa sawit.

Demikian dikatakan Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian, Ir Dedy Junaidi MSc di hadapan peserta Seminar Sawit 'Sustainable Palm Oil Insight' di Auditorium Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP), Jalan Urip Sumoharjo, Yogyakarta, Rabu (17/1).

Seminar yang diselenggarkan LPP bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit tersebut, berlangsung khidmad.

Menurut Dedy, industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor strategis bagi perekonomian Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan produsen terbesar CPO (Crude Palm Oil) dunia dengan total kontribusi sebesar 48 persen dari produksi CPO dunia, sekaligus menguasai 52 persen ekspor minyak kelapa sawit.

Namun dirasakan oleh semua kalangan, bahwa produktivitas minyak sawit masih rendah, serta banyak serangan dari LSM sosial maupun lingkungan mengenai proses bisnis industri kelapa sawit yang tidak mendukung pelestarian alam dan pembinaan sosial.

Selain itu, lanjut dia, hanya memproduksi CPO mentah, keuntungan dan nilai tambah secara ekonomi kurang bisa dirasakan. Perubahan harga CPO mentah dunia yang cenderung fluktuatif setiap tahunnya, juga berpotensi mengguncang  sustainability  perusahaan sawit.

Maka untuk mendukung upaya ini, pemerintah telah mengimplementasikan dua kebijakan strategis, yaitu pengamanan bahan baku berupa tarif bea keluar dan dana perkebunan yang proindustri serta pemberian insentif fiskal dan non fiskal untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Beberapa perusahaan kelapa sawit merespon peluang ini, dengan mulai berinvestasi pada teknologi terintegrasi dan terbarukan untuk menghasilkan inovasi pengembangan teknologi di sektor hulu yang berkelanjutan, inovasi pengembangan produk hilir kelapa sawit dan pemanfaatan hasil samping (limbah) yang memiliki nilai eknomi tinggi.

Sementara Ketua Panitia Seminar Muhammad Mustangin, mengatakan, sampai sekarang ini produksi kelapa sawit Indonesia masih paling besar di dunia setelah Malaysia. Hasil produksi kelapa sawit diekspor ke China, India, Pakistan, Amerika Serikat (AS), Eropa dan banyak lagi negara lainnya.

''Kita dituntut tetap meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi kita, agar tetap menjadi yang nomor satu di dunia,'' kata Muhammad Mustangin yang juga staf pengajar di LPP Yogyakarta.

 

 

(Sugiarto /SMNetwork /CN33 )

Bagikan

RELATED POST

Event

Pengunjung