Sejumlah Manajer Aset Negara Nordik Ini Punya Andil terhadap Perusahaan Sawit RI
Kategori : Berita DMSI Posted : Kamis, 01 Juni 2017

Ilustrasi

bisnis.com

1 Juni 2017

Oleh : Sri Mas Sari

http://industri.bisnis.com/read/20170601/99/658576/sejumlah-manajer-aset-negara-nordik-ini-punya-andil-terhadap-perusahaan-sawit-ri

Sejumlah Manajer Aset Negara Nordik Ini Punya Andil terhadap Perusahaan Sawit RI

Bisnis.com, JAKARTA -- Kantor konsultan Belanda, Aidenvironment, merilis laporan menyangkut peran perusahaan manajer aset dari negara-negara Nordik terhadap perusahaan sawit di Indonesia.

Laporan Aidenvironment yang dikutip oleh WWF Indonesia menyebutkan para manajer aset Nordik ini memiliki saham senilai US$2 miliar pada enam bank yang memberikan pinjaman terhadap perusahaan kelapa sawit di Indonesia. Bank-bank yang disebut dalam laporan a.l. Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, OCBC, dan DBS.

Manajer aset Nordik yang berinvestasi terhadap enam bank tersebut a.l. the Norwegian Government Pension Fund Global (GPFG) dengan nilai investasi US$1,3 miliar, Nordea dengan investasi US$300 juta, dan perusahaan manajer aset lainnya yang terdiri atas AP-Fonderna dengan investasi US$163 juta, Swedbank US$140 juta, dan Handelsbanken US$58 juta. Sebagian kepemilikan saham dimaksud termasuk dalam kategori dana etik yang dikeluarkan perusahaan manajer aset.

"WWF menyambut baik atas peluncuran laporan yang menekankan pentingnya peran investor internasional di dalam mendorong percepatan transformasi penerapan prinsip berkelanjutan di seluruh rantai pasok sektor industri sawit, termasuk memengaruhi bank-bank--di mana mereka menanamkan investasinya—untuk mendorong kinerja perusahaan yang dibiayainya," tulis WWF Indonesia dalam keterangan resmi, Kamis (1/6/2017).

WWF menilai tingkat keberlanjutan sektor sawit masih bervariasi. Beberapa perusahaan sudah memproduksi dengan cara yang berkelanjutan, tetapi masih ada praktik-praktik yang belum sepenuhnya bertanggung jawab.

WWF mengimbau perusahaan yang disebut terakhir perlu memperbaiki praktiknya dan berkomitmen menerapkan praktik berkelanjutan secara menyeluruh, termasuk meminimalisir deforestasi, penggunaan dan eksploitasi kawasan gambut. Komitmen konkret tersebut dapat diwujudkan dengan mendapatkan sertifikasi legalitas ISPO dan mendapatkan sertifikasi berkelanjutan yang kredibel, seperti RSPO secara penuh dengan tenggat waktu (time bound commitment).

"Hal ini perlu diikuti bank-bank untuk meminta para kliennya berkomitmen melalui kebijakan pembiayaannya," ujar WWF.

Saat ini, WWF Indonesia bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang bekerja sama dengan delapan bank melalui proyek perintis 'First Movers on Sustainable Banking' atau Langkah Awal menjadi Bank yang Berkelanjutan, yang mana keempat bank di Indonesia yang disebutkan di dalam publikasi merek telah menunjukkan komitmen awal untuk memulai tahap perjalanan keberlanjutan.

Salah satu tujuan proyek perintis ini adalah meningkatkan kapasitas perbankan di Indonesia terkait integrasi lingkungan, sosial dan tata kelola (LST), serta mendorong peranan bank dalam menangani masalah di sektor kelapa sawit melalui kerangka pengendali risikonya.

"WWF melihat beberapa kemajuan yang baik terkait perkembangan perbankan berkelanjutan di Indonesia beberapa tahun terakhir ini khususnya kebijakan sustainable finance yang dikedepankan oleh regulator," kata WWF.

Beberapa bank, lanjutnya, ada yang mulai memiliki kebijakan pembiayaan sektor sawit berkelanjutan meskipun tidak selalu dipublikasikan. Kendati demikian, masih banyak upaya yang perlu dilakukan bank untuk meningkatkan praktik perbankan berkelanjutan, termasuk kaitannya dalam mengatasi permasalahan LST di sektor sawit.

WWF Indonesia bersama OJK telah mengembangkan panduan pembiayaan yang bertanggung jawab untuk berinvestasi di sektor kelapa sawit yang dapat digunakan oleh perbankan sebagai pedoman praktis dalam membiayai industri minyak sawit di Indonesia.

 

Editor : Bunga Citra Arum Nursyifani

Bagikan

RELATED POST

Event

Pengunjung