Disbun: Produktivitas Sawit Kalbar Rendah
Kategori : Berita DMSI Posted : Rabu, 05 April 2017

Kepala Dinas Perkebunan Kalbar, Florentinus Anum, memberikan pemaparan terkait kondisi terkini perkebunan sawit di Kalbar, saat pertemuan konsultasi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit (Gapki) bersam

tribunnews.com

5 April 2017

http://pontianak.tribunnews.com/2017/04/06/disbun-produktivitas-sawit-kalbar-rendah

 

Disbun: Produktivitas Sawit Kalbar Rendah

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dinas Perkebunan (Disbun) Kalbar mengakui produktivitas sawit di Kalbar masih rendah. Bayangkan saja bila dibandingkan nasional untuk produktivitas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sudah di angka 4 ton per hektare per tahun tahun.

Ini dilakukan dengan cara intensifikasi dan berkelanjutan.

Kepala Dinas Perkebunan Kalbar, Florentinus Anum, mengungkapkan saat ini produktivitas sawit di Kalbar masih rendah yakni baru 2 ton per hektare per tahun.

"Saya menilai produktivitas sawit Kalbar buruk dibandingkan dari daerah lain karena masih dengan program ekstensifikasi. Rasionya 1:2 artinya Kalbar panen 1 lahan sementara daerah lain banyak yang sudah 2 lahan," kata Florentinus saat membuka pertemuan konsultasi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit (Gapki) bersama Pemprov Kalbar, Rabu (5/4/2017).

Menurutnya rendahnya produktivitas komoditas kelapa sawit disebabkan beberapa hal, seperti penggunaan benih asal-asalan sehingga tidak sesuai dengan masa tanam komoditas tersebut padahal korporasi sudah mendapatkan izin usaha perkebunan.

"Yang perlu dilakukan pilih sumber bibit benih yang bermutu dan jelas. Supaya produksi tinggi begitu pula budidaya, pemeliharaan, teknologi pupuk yang berimbang harus diperhatikan, lalu bagaimana pupuk yang tepat pada waktunya. Saya kira penerapan teknologi turut penting pula," katanya.

Dia mengingatkan sektor perkebunan masih menjadi penopang ekonomi di Kalbar sehingga tujuan pembangunan perkebunan di Kalbar harus dikejar yakni meningkatkan kesejahteraan rakyat.

"Di Kalbar gak ada industri garmen. Masih mengadalkan perkebunan. Kita harus dorong ini agar tujuan pembangunan perkebunan bisa terwujud. Hari ini kita gelar temu konsultasi agar menyatukan persepsi," katanya.

Dia mengatakan perusahaan perkebunan segera mengganti benih kelapa sawit yang bermutu tinggi dan bersertifikat nasional supaya masa tumbuh pohon tidak 5-6 tahun saja. Hal itu juga, terkait dengan budi daya yang berkualitas baik.

"Budi daya dengan baik itu seperti pemupukan tepat waktu sesuai kebutuhan tanaman tidak serampangan. Saya lihat juga aspek pemeliharaan masih rendah sampailah ke penanganan pasca panen," tuturnya.

Berikutnya, kata dia, untuk menambah produktivitas buah kelapa sawit juga dengan menjaga plasma mandiri dengan kesepakatan 20 persen wajib kepada petani mandiri.

Menurutnya, selama ini masih terjadi hingga sekarang tidak ada kesepakatan keuntungan kepada petani plasma yang mengakibatkan setelah selesai akad kredit dihadapkan pada 3 pilihan tidak melanjutkan penjualan buah ke perusahaan, menjual ke tengkulak atau lahan menjadi terlantar.

"Kebun jadi tidak terawat membuat produktivitas rendah. Sekarang memang masyarakat euforia ingin punya lahan sawit sendiri tapi perusahaan wajib membina mereka tidak boleh tanam di rawa atau kawasan hutan," ucapnya.

 

Penulis: Nina Soraya

Editor: Rizky Zulham

Bagikan

RELATED POST

Event

Pengunjung