DMSI: 2019 Indonesia bisa shortage CPO, moratorium sawit bukan penyebabnya
Kategori : Berita DMSI Posted : Senin, 22 Oktober 2018

ILUSTRASI. Panen kelapa sawit

kontan.co.id

22 Oktober 2018

https://industri.kontan.co.id/news/dmsi-2019-indonesia-bisa-shortage-cpo-moratorium-sawit-bukan-penyebabnya

DMSI: 2019 Indonesia bisa shortage CPO, moratorium sawit bukan penyebabnya

 

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan moratorium sawit melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 tahun 2018 dinilai tidak akan mempengaruhi produksi minyak sawit Indonesia. Namun mengingat adanya roadmap biodiesel 30% pada tahun 2019, produksi sawit Indonesia pada tahun depan bisa mengalami kekurangan hingga 2 juta ton crude palm oil (CPO).

Wakil Ketua Dewan Masyarakat Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga memproyeksikan tahun depan produksi CPO akan mencapai 52 juta ton, angka ini naik dari proyeksi tahun ini di 48 juta ton. Ia menegaskan moratorium sawit tidak akan mempengaruhi proyeksi produksi di 52 juta ton.

"Meski ada moratorium sawit, tidak akan mempengaruhi pada produksi, karena moratorium yang ada adalah mengevaluasi perizinan yang ada dan tingkatkan produktivitas," jelasnya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (21/10).

Sahat melihat inpres tersebut malah akan dapat meningkatkan produktivitas, terutama saat replanting sawit mulai menunjukkan hasilnya.

Adapun jeda waktu tiga tahun moratorium tersebut menurutnya bisa diterima pengusaha, terutama bila pemerintah pusat benar-benar mengejar komitmen dan kinerja dari pemerintah daerah untuk menepati batas waktu tersebut.

"Meski ada moratorium sawit, tidak akan mempengaruhi pada produksi, karena moratorium yang ada adalah mengevaluasi perizinan yang ada dan tingkatkan produktivitas," jelasnya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (21/10).

Sahat melihat inpres tersebut malah akan dapat meningkatkan produktivitas, terutama saat replanting sawit mulai menunjukkan hasilnya.

Adapun jeda waktu tiga tahun moratorium tersebut menurutnya bisa diterima pengusaha, terutama bila pemerintah pusat benar-benar mengejar komitmen dan kinerja dari pemerintah daerah untuk menepati batas waktu tersebut.

Tapi dengan estimasi penerapan B30 di tahun 2019, Sahat melihat kebutuhan lokal dan ekspor akan capai 54 juta ton padahal proyeksi produksi sebesar 52 juta ton. Artinya akan ada kekurangan sebesar 2 juta ton.

"Itu artinya tahun depan kita harus rem ekspor sekitar 2 juta ton. Di lain pihak Eropa terus menekan kita, jadi kita tidak usah ribut, pasar Eropa kita alihkan ke Afrika Timur," jelasnya.

Ia memperkirakan, pertumbuhan ekspor tahun 2019 akan sebesar 4% saja, turun besar dari proyeksi kenaikan ekspor tahun sebesar 7,4% dibandingkan tahun lalu.

Bahkan ia juga memproyeksikan pada tahun 2020, porsi ekspor bakal lebih kecil lagi bila pemerintah dan industri menepati komitmen avtur dan green diesel sehingga berpotensi menyebabkan ekspor CPO pada tahun tersebut akan turun hingga 16 juta ton.

 

Reporter: Tane Hadiyantono
Editor: Yudho Winarto

 

Bagikan

RELATED POST

Event

Pengunjung