MINYAK KELAPA SAWIT Harga Bakal Terangkat
Kategori : Berita DMSI Posted : Kamis, 06 April 2017

Kelapa sawit.

bisnis.com

6 April 2017

Oleh: Hafiyyan

http://koran.bisnis.com/read/20170406/443/643090/harga-bakal-terangkat-

 

MINYAK KELAPA SAWIT

Harga Bakal Terangkat

 

JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit diperkirakan rebound pada kuartal II/2017 seiring dengan proyeksi meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan serta belum pulihnya produksi.

Pada perdagangan di Bursa Malaysia, Rabu (5/4) pukul 16:35 WIB, harga CPO kontrak Juni 2017 naik 72 poin atau 2,74% menuju 2.703 ringgit (US$601,58) per ton. Ini merupakan level tertinggi sejak pekan lalu.

Pada kuartal I/2017, harga CPO terkoreksi 10,31%. Tahun lalu, harga meningkat 25% dan menembus level 3.000 ringgit per ton.

Putu Agus Pransuamitra, research and analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan harga CPO mendapatkan sentimen positif dari proyeksi meningkatnya permintaan dari India dan negara-negara di Timur Tengah menjelang Ramadhan. Kendati bulan puasa baru dilaksanakan pada pekan terakhir Mei 2017, investor sudah melakukan antisipasi awal.

“Biasanya sebelum ada perubahan dari sisi fundamental, aksi spekulasi dimulai terlebih dahulu, sehingga harga bergerak duluan,” tuturnya saat dihubungi, Rabu (5/4).

Faktor inilah yang membuat harga CPO cenderung menurun pada kuartal I/2017. Investor sudah cenderung melakukan aksi jual karena mengantisipasi pemulihan produksi di Indonesia dan Malaysia. Pasalnya, pelaku pasar menilai hambatan cuaca dari El Nino dan La Nina terhadap sisi suplai relatif berkurang.

Padahal, pemulihan suplai masih belum terlihat sampai Februari 2017. Diperkirakan volume produksi baru akan bertambah signifikan pada paruh kedua tahun ini.

Proyeksi meningkatnya pengapalan ke luar negeri juga datang dari penurunan pajak ekspor atau bea keluar (BK) dan turunnya harga patokan dari Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga referensi produk CPO untuk periode April 2017 dipatok sebesar US$762,88 per ton, turun US$63,02 atau 7,63% dari bulan sebelumnya senilai US$825,9 per ton.

Adapun bea keluar turun menjadi US$3 per ton dari Maret 2017 sebesar US$18 per ton. Harga referensi dan bea keluar tersebut berlaku pada 1 – 30 April 2017.

Selain proyeksi peningkatan permintaan, harga CPO juga terdorong harga minyak kedelai sebagai komoditas substitusi. Pada perdagangan Rabu (5/4) pukul 16:45 WIB, harga minyak kedelai kontrak Mei 2017 di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) meningkat 1,5% menuju US$31,90 sen per pon.

Harga CPO dan minyak kedelai memang berbanding lurus. Pada awal 2017, ada kekhawatiran suplai pengalami peningkatan di negara produsen utama seperti AS, Brasil, dan Argentina.

 

Prospek Permintaan

Proyeksi bertumbuhnya suplai tidak diikuti oleh prospek permintaan, terutama konsumsi biodiesel dari AS. Hal ini membuat harga minyak kedelai cenderung merosot.

Pada kuartal II/2017, Putu memprediksi harga CPO cenderung menguat karena melesatnya permintaan dan volume suplai yang masih terbatas. Harga diperkirakan berada di posisi 2.750 ringgit – 2.880 ringgit per ton pada akhir Juni 2017.

Andy Wibowo Gunawan, senior analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyampaikan kendati tren harga CPO menurun, masih terlalu dini untuk menilai pasar akan mengalami suprlus suplai. Pasalnya, pertumbuhan produksi cenderung stagnan, sedangkan konsumsi meningkat lebih tinggi.

Produksi CPO di Indonesia masih menurun secara bertahap pada periode Oktober 2016 – Januari 2017. Ke depannya, pertumbuhan produksi tandan buah segar (TBS) juga tidak akan terlalu tinggi.

“Pertumbuhan produksi CPO tidak akan terlalu tinggi, karena pelaku usaha menyadari kelebihan output dapat mengganggu harga global,” paparnya dalam riset, Selasa (4/4).

Pola yang sama juga terjadi di Malaysia, di mana produksi menurun secara bertahap dari 1,72 juta ton pada September 2016 menjadi 1,26 juta ton pada Februari 2017. Persediaan pada bulan kedua 2017 itu juga merosot 32,8% year on year (yoy) menjadi 1,46 juta ton.

Volume produksi dan persediaan yang rendah membuat harga CPO akan menanjak. Sebagai informasi, Malaysian Palm Oil Board (MOPB) akan merilis data kinerja CPO periode Maret 2017 pada Senin (10/3).

Melihat masih lambatnya produksi di dua negara produsen utama, Andy memperkirakan suplai baru pada 2017 hanya tumbuh 3% yoy menjadi 65,7 juta ton. Adapun tingkat konsumsi naik 7% yoy menuju 65,2 juta ton.

Andy menyampaikan, konsumsi global akan bertumbuh menjelang bulan Ramadhan karena peningkatan kebutuhan minyak nabati untuk makanan berbuka puasa dan jamuan dalam perayaan Idul Fitri. Perayaan keagamaan tersebut dilaksanakan pada kuartal II/2017, sehingga impor negara-negara muslim bakal meningkat.

Ekspor CPO Malaysia ke negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim memberikan kontribusi 17% terhadap total pengapalan. India masih menjadi pasar utama dengan penyerapan sekitar 31,3% dari total ekspor Februari 2017 sebesar 1,1 juta ton.

Pasar CPO juga mendapat katalis positif dari proyeksi meningkatnya harga minyak kedelai akibat peningkatan konsumsi biodiesel AS. Impor biodiesel Paman Sam naik menjadi 51.000 barel per hari (bph) dan 57.000 bph pada 2017 dan 2018, dibandingkan dengan 2016 sejumlah 47.000 bph.

Biodiesel sebagai produk pengganti bahan bakar transportasi menjadi pilihan ketika harga minyak mentah melambung. Bahan baku utama biodiesel yang populer di AS ialah jagung etanol dan minyak kedelai.

Melihat berbagai sentimen yang ada, sambung Andy, rerata harga CPO pada 2017 diperkirakan meningkat 11% yoy menjadi 2.950 ringgit per ton.

 

Editor : Bunga Citra Arum Nursyifani

Bagikan

RELATED POST

Event

Pengunjung