Bupati kembali tegur pengusaha beli sawit murah
Kategori : Berita DMSI Posted : Selasa, 17 Juli 2018

Antrian di pabrik sawit. (Foto Antarabengkulu/Helti Marini S)

antaranews.com

17 Juli 2018

https://bengkulu.antaranews.com/berita/51058/bupati-kembali-tegur-pengusaha-beli-sawit-murah

Bupati kembali tegur pengusaha beli sawit murah

 

Bengkulu Selatan (Antaranews Bengkulu) - Pelaksana Tugas Bupati Bengkulu Selatan Gusnan Mulyadi kembali menegur perusahaan pengolahan kelapa sawit di wilayahnya untuk tidak lagi membeli sawit petani dengan harga murah, yakni berkisar Rp980 hingga Rp1.080 per kilogram.

"Saya minta seluruh pabrik sawit di Bengkulu Selatan agar mematuhi SK Gubernur terkait harga terendah kelapa sawit Rp1.200 per kilogram dengan tolerasi lima persen, yakni Rp1.140 per kilogram," kata Gusnan.


Sebelumnya, dia mengumpulkan para pengusaha sawit baik itu pihak pabrik, perkebunan, pemasok hingga petani kecil di dalam ruang rapat Sekretariat Daerah di Manna, Senin (16/7).

Saat ini, tandan buah segar kelapa sawit di tingkat pengumpul hanya seharga Rp700 per kilogram. Harga itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian petani sawit, apalagi memasuki tahun ajaran baru sekolah, petani butuh dana untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.

Bahkan, sejumlah wilayah yang lokasi perkebunannya jauh dari akses transportasi, petani hanya mendapat pembayaran bersih Rp200 per kilogram karena dipotong upah buruh panen Rp200 per kilogram dan upah buruh angkut Rp300 per kilogram.


"Pabrik harus melakukan pembelian berkelanjutan dan tidak boleh tutup hanya karena?`overload`. Pabrik harus meningkatkan kapasitas produksi agar sawit petani terserap," terangnya.

Selain menegur pihak pabrik terkait harga sawit rendah, Gusnan mengultimatum PT Sinar Bengkulu Selatan (SBS) yang bergerak dalam produksi minyak sawit mentah agar segera melunasi hutang Rp30 miliar kepada para pemasok paling lambat 15 Agustus 2018.

Menurutnya, pihak pabrik menunggak pembayaran itu karena kondisi keuangan internal yang buruk.



"Jika PT SBS tidak menepati janji pembayaran sesuai tanggal kesepakatan maka harus menerima konsekuensi terburuk, yakni mendapat surat peringatan dari pemerintah dan berhadapan dengan masyarakat. Uang Rp30 miliar itu milik masyarakat yang belum kalian lunasi," tegas Gusnan.?


Carut marut harga sawit di daerahnya, sambung Gusnan, turut dipengaruhi kondisi ekonomi global seperti perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat, serta adanya penolakan Uni Eropa terhadap semua produk olahan sawit.


"Negara-negara Uni Eropa mengurangi impor sawit, padahal minyak kelapa sawit mentah merupakan andalan ekspor Indonesia, termasuk Bengkulu Selatan," jelasnya.


Lebih lanjut, Gusnan menilai kondisi ini tidak menguntungkan bagi Bengkulu Selatan, karena sawit telah menjadi sumber penghidupan bagi 13 ribu masyarakat di daerahnya.


"Bagi masyakat yang membangun usaha pada sektor perkebunan kelapa sawit, harus membuat kelompok tani sawit agar lebih mudah berdiskusi dan mengambil tindakan bila kondisi ekonomi sedang memburuk seperti saat ini," pesannya.

 

 

Pewarta : Sugiharto P*Nur Muhamad
Editor: Musriadi
COPYRIGHT © ANTARA 2018

Bagikan

RELATED POST

Event

Pengunjung