Menanti Solusi Rendahnya Harga TBS
Kategori : Berita Anggota Posted : Jum'at, 16 November 2018

Hadi Mulyadi

prokal.co

16 November 2018

http://kaltim.prokal.co/read/news/345357-menanti-solusi-rendahnya-harga-tbs

 

Menanti Solusi Rendahnya Harga TBS

 

PROKAL.CO, SAMARINDA – Pemerintah tampaknya harus lebih serius dalam menangani penurunan harga tandan buah segar (TBS). Walaupun penurunan TBS berasal dari tertekannya harga crude palm oil (CPO) global, namun rendahnya harga TBS mulai membuat para petani kesusahan.

Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi mengatakan, beberapa hari lalu puluhan petani kelapa sawit dari Paser sudah menyampaikan perihal rendahnya harga TBS yang mereka jual. Semua keluhan tersebut sudah didengar dan ditampung. “Perwakilan petani itu menyampaikan bahwa saat ini harga beli perusahaan kepada para petani semakin rendah,” katanya, Kamis (15/11).

Menurutnya, harga beli dari perusahaan pembeli TBS tidak lebih dari Rp 700 per kilogram. Sementara biaya produksi dari pengelolaan kebun sawit sampai pengangkutan hasil produksi sudah mencapai Rp 600 per kilogram. Sehingga, kalau ada yang membeli di bawah Rp 600 para petani justru rugi.

Kondisi yang terjadi di lapangan sangat bertentangan dengan peraturan menteri pertanian nomor 01/Permentan/KB.120/1/2018. Dalam peraturan itu, harga beli sawit terendah seharusnya tidak kurang dari Rp 1.200 per kilogram. “Kami akan bersama-sama petani mengatasi persoalan tersebut. Hingga saat ini, kerugian petani harus dihadapi,” tuturnya.

Namun untuk mengatasi berbagai hal tersebut tidak mungkin hanya diberikan dalam bentuk selembar surat. Karena, teguran untuk perusahaan sudah dilakukan Pemkab Paser dan tidak membuahkan hasil.

“Mungkin saat ini memang cara terbaik belum ditemukan untuk mendongkrak harga. Namun, saya harus memanggil dulu instansi teknis terkait untuk menangani kerugian petani. Kami juga akan memanggil para perusahaan tersebut agar tidak melanggar ketentuan standar harga petani. Kalau sudah bertemu, baru bisa diberikan solusinya,” terangnya.

Terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, harga TBS akan meningkat seiring naiknya harga jual CPO. Nah, saat ini secara global harga CPO memang menurun. Bahkan, rendahnya harga CPO global tidak menjadi daya magnet yang kuat kepada negara impor.

Kondisi ini membuat ekspor CPO Indonesia menurun 3 persen. Penurunan CPO disebabkan oleh harga minyak nabati lain dari kedelai, rapeseed dan biji bunga matahari yang juga rendah. Sehingga pasar minyak sawit tidak bergeliat meskipun harga sedang murah.

Untuk harga CPO, sepanjang September 2018 harga bergerak di kisaran USD 517.50 – USD 570 per metrik ton. Dengan harga rata-rata USD 546.90 per metrik ton. Ini merupakan harga terendah yang dibukukan sejak Januari 2016 lalu.

“Kalau harga minyaknya menurun, tentu harga buahnya juga menurun. Bahan bakunya menurun, karena hasil produksinya tidak bisa dijual banyak,” ungkapnya.

Hingga saat ini, harga TBS juga belum terpengaruh oleh kebijakan perluasan B20. Hal itu karena program tersebut belum dijalankan secara optimal. Mengingat pelaksanaannya yang juga baru dua bulan, sehingga wajar apabila ada beberapa kendala yang masih menghambat.

“Saat ini perpres tersebut belum mendongkrak harga minyak sawit di pasaran. Masih membutuhkan waktu,” tutupnya. (*/ctr/ndu/k18)

Bagikan

RELATED POST

Event

Pengunjung